Jam dinding

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 30 November 2011

Barang Tercecer Jamaah Haji akan Disumbangkan ke Negara Miskin




- Dari jauh, gunungan itu seperti tumpukan barang bekas atau sampah. Diamati dari dekat, gunungan itu adalah barang tercecer (barcer) milik jamaah haji Indonesia di Madinah. Isi gunungan itu aneka macam, mulai barang yang awet hingga cepat busuk.

Barcer itu berasal dari sebagian kecil kloter yang terbang pada Selasa 29 November. Padahal pada hari Selasa, ada 10 kloter yang terbang, sejak dinihari hingga malam hari. Jadi, gunungan barcer itu baru sebagian saja. Barcer lainnya belum diangkut dari bandara Madinah. Pemulangan jamaah dari bandara tersebut hari ini baru memasuki hari kedua.

Barcer yang terkumpul di Bandara, dibawa ke gudang Almazroi Cargo, perusahaan yang bertugas menimbang dan mengangkut kopor jamaah dari pemondokan di Madinah ke bandara. Pengawasan barcer tersebut di bawah Kasi Pengamanan Letkol M Yahdi.

Pada Rabu (30/11/2011) pukul 10.00 WAS, Yahdi bersama sejumlah petugas haji Daker Madinah, meninjau gudang Almazroi. Mereka sibuk memilah-milah barcer tersebut. Barcer yang berupa air zamzam, dikumpulkan jadi satu. Air zamzam itu berada dalam bungkus beraneka macam. Ada yang di dalam jeriken dan sudah dipres plastik, ada yang di botol-botol kecil dan dilakban seketat mungkin, ada yang ditutupi aluminium foil lalu dibungkus tas kresek hitam, dan banyak lagi. Jamaah haji memang menjadikan air zamzam sebagai oleh-oleh paling khas dari Tanah Suci. Apalagi air zamzam -- air yang tak pernah habis sejak kelahiran Nabi Ismail -- diyakini memiliki khasiat kesehatan dan manjur untuk pengobatan.

Pemilihan barang-barang itu dilakukan agar barcer itu bisa dimanfaatkan, tidak dibuang begitu saja. Barcer yang layak pakai atau layak jual, akan dibawa ke gudang kantor misi haji Indonesia daerah kerja (Daker) Madinah. "Ini nanti dibawa, lalu diserahkan ke TUH (kantor Teknis Urusan Haji di Jeddah). Karena kalau dibawa ke Tanah Air, tidak mungkin. Pemerintah tidak ada bujet pengiriman," katanya.

Barang yang dikirim ke Jeddah, akan menghuni gudang dan 3 bulan ke depan sudah harus bersih. Barang itu akan disumbangkan ke negara-negara miskin atau yang membutuhkan di Jazirah Arab. Sedangkan barang yang tidak layak atau tidak awet, terpaksa dibuang.

Yahdi menuturkan, barang-barang yang disetor ke gudang TUH di Jeddah selama musim haji berdasar pengalaman, bisa menumpuk hingga 3 ton.

Jamaah tidak bisa protes atas barang-barangnya itu, karena lewat ketua kloter/ketua rombongan, mereka telah menandatangani surat pernyataan bahwa barang-barang jamaah tidak melebihi kuota dan tidak membawa air zamzam.

"Jadi risikonya seperti ini (jadi barcer)," kata Yahdi di sela memilah barang tercecer. Yahdi mengenakan penutup hidung untuk menghindari bau yang muncul dari gunungan barcer itu.

Yahdi menegaskan, jamaah telah diimbau untuk pulang dengan membawa tas tenteng berlogo maskapai yang ditumpanginya (Garuda atau Saudi Arabian Airlines), tas paspor dan tidak membawa air zamzam. Bila melanggar aturan itu, ya risikonya belanjaan mereka menjadi barang tercecer.

Menurut pantauan detikcom, di antara barcer itu adalah mainan anak-anak, kurma, kerudung, kafiyeh, troli yang bisa dilipat, kacang-kacangan, buah-buahan, obat herbal seperti rumput fatimah, rice cooker, kacamata hitam, dan minyak wangi. Barang-barang itu dibawa jamaah di dalam tas tenteng, tas kresek maupun ember.
 

Senin, 28 November 2011

Beritabola

Guardiola: Barca Harus Berbenah
pranoto
Getty Images Milan - Kontrak Massimiliano Allegri bersama AC Milan akan habis di penghujung musim ini. Meski begitu sang pelatih tak perlu khawatir dengan masa depannya karena kontrak baru hampir dipastikan akan datang.

Allegri dikontrak Milan pada Juni 2010 untuk menggantikan posisi Leonardo. Ketertarikan Rossoneri pada pria 44 tahun itu tak sia-sia karena meski belum pernah membesut tim besar Allegri mampu langsung mempersembahkan Scudetto.

Meski gagal berbicara banyak di Liga Champions serta ditundukkan Palermo di semifinal Copa Italia, mantan pelatih Cagliari itu kembali menunjukkan tangan dinginnya dengan mengantar Allesandro Nesta dkk memenangi Piala Super Italia dengan menundukkan Inter Milan.

Sempat tersendat di awal musim 2011/2012, Allegri perlahan membawa Milan kembali merangkak naik ke papan atas. Puas dengan performa tersebut, manajemen Milan memastikan kalau Allegri bakal diperpanjang saat kontraknya habis di akhir musim ini.

"Allegri akan bertahan, 100%. Tak ada masalah dengan pelatih atau dengan kontraknya. Kami sangat gembira dengan kemenangan 4-0 yang kami dapat kemarin (atas Chievo), dan bukan itu saja," sahut Adriano Galliani di Football Italia.

Dari total 68 pertandingan yang dijalani Milan bersama Allegri, 38 (55.88%) di antaranya berakhir dengan kemenangan, 19 hasil imbang dan 11 kekalahan. Total 118 gol dibuat dan 58 kali gawang Diavolo Rosso kebobolan.

Senin, 21 November 2011

PERISTIWA MANDOR

Mandor Kabupaten Landak, kota kecamatan 88 km timur Pontianak. Sebuah tragedi sejarah terjadi 65 tahun silam. Tentara pendudukan Jepang melakukan pembantaian masal di Kalbar terhadap kalangan feodal lokal, cerdik pandai, ambtenar, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga rakyat jelata, dari berbagai etnik, suku maupun agama.

Borneo Sinbun suratkabar Pemerintah Bala Tentara Jepang, Sabtu 1 Sitigatu 2604 atau 1 Juli 1944 halaman pertama menurunkan berita utama (head line) bertajuk Komplotan Besar yang Mendurhaka untuk Melawan Dai Nippon Sudah Dibongkar Sampai ke Akarakarnya. Judul kecil (kicker) di bawahnya berbunyi Kepala-kepala Komplotan serta Lain-lainnya Ditembak mati. Keamanan di Borneo Barat Tenang Kembali dengan Sempurna.

Di bawah judul itu—dalam tanda kurung—tertulis Pengumuman Pasukan di Daerah Ini pada Tanggal 1 Juli 1944.

Koran Borneo Sinbun cukup dikenal di Kalbar masa itu, penerbitannya menginjak tahun kedua. Ukuran halamannya sebesar kertas folio, 5 kolom, terdiri dari 4 halaman, terbit tiga kali dalam seminggu. Pada 1 Juli 1944, tiga halaman pertama koran ini habis dimakan berita tersebut. Dalam tubuh berita (body text) antara lain tertulis .. Oleh sebab itu baru-baru ini dalam Sidang Majelis Pengadilan Hukum Ketentaraan Angkatan Laut, kepala-kepala komplotan serta lain-lainnya telah dijatuhkan hukum mati, maka pada tanggal 28 Rokugatu (28 Juni 1944 –pen) mereka pun telah ditembak mati.

Setidaknya ada 48 nama korban yang dimuat Borneo Sinbun hari itu, lengkap dengan keterangan umur, suku, jabatan atau pekerjaan. Mereka adalah JE Pattiasina, Syarif Muhammad Alkadri, Pangeran Adipati, Pangeran Agung, Ng Nyiap Soen, Lumban Pea, dr Rubini, Kei Liang Kie, Ng Nyiap Kan, Panangian Harahap, Noto Soedjono, FJ Loway Paath, CW Octavianus Lucas, Ong Tjoe Kie, Oeray Alioeddin, Gusti Saoenan, Mohammad Ibrahim Tsafioeddin, Sawon Wongso Atmodjo, Abdul Samad, dr Soenaryo Martowardoyo, M Yatim, Rd Mas Soediyono, Nasaruddin, Soedarmadi, Tamboenan, Thji Boen Khe, Nasroen St Pangeran, E Londok Kawengian, WFM Tewu, Wagimin bin Wonsosemito, Ng Loeng Khoi, Theng Swa Teng, dr RM Ahmad Diponegoro, dr Ismail, Ahmad Maidin, Amaliah Rubini (istri dr Rubini), Nurlela Panangian Harahap (istri Panangian), Tengkoe Idris, Goesti Mesir, Syarif Saleh, Gusti A Hamid, Ade M Arief, Goesti M Kelip, Goesti Djafar, Rd Abdulbahri Danoeperdana, M Taoefik, AFP Lantang, dan Rd Nalaprana. (Kaum-kerabat, anak-cucu korban, kini pasti ada bertebaran di Nusantara ini—pen).

Tuduhan terhadap para korban itu diungkapkan pula oleh Borneo Sinbun: Apa yang diidamkan oleh mereka ialah sambil mempergunakan kekalutan keamanan sewaktu Bala Tentara Dai Nippon memasuki daerah ini, melaksanakan kemerdekaan Borneo Barat dengan sekaligus. Diungkapkan pula, penangkapan secara besar-besaran pertama kali dilakukan tentara Jepang subuh 23 Zyugatu (23 Oktober 1943), disusul penangkapan gelombang kedua subuh 24 Itigatu (24 Januari 1944). Sekitar tiga tahun mendaulat Kalimantan Barat, tentara pendudukan Jepang telah membantai 21.037 warga versi Pemprop Kalbar 1977. Dari lingkungan Istana Kadriyah Pontianak, Jepang bukan cuma menangkap dan membunuh Sultan Syarif Muhammad Alkadri, tetapi juga 59 korban lainnya. Sungguh sedikit nama-nama korban yang tertulis di Borneo Sinbun itu.

Adapun data 21.037 korban ini terungkap dari mulut Kiyotada Takahashi seorang turis Jepang yang berkunjung ke Kalbar 2-122 Maret 1977 kepada Mawardi Rivai (alm) seorang wartawan di Pontianak. “Saya ingat dan masih punya catatan tentang jumlah korban yang tertangkap ataupun terbunuh secara masal pada sekitar bulan Juni 1944, yaitu 21.037 orang. Tapi saya kurang mengetahui dengan pasti apakah semua tawanan itu dibunuh di daerah Mandor. Akan tetapi tentang jumlah korban tersebut pernah tercatat dalam sebuah dokumen perang yang tersimpan di museum di Jepang,” ucap Kiyotada Takahashi. Takahashi datang ke Pontianak bersama 21 orang turis Jepang lainnya, dan mereka sempat berziarah ke Mandor dan meneteskan air mata di sana.

Iseki Dan Takahashi Bersaksi

Satu buku berjudul Peristiwa Pembantaian Penduduk Borneo Barat: Pembuktian Peristiwa Pontianak (Juli 1987) ditulis Tsuneo Iseki. Ia pernah menetap di Kalimantan Barat pada 1928-1946 dan bisa berbahasa Indonesia. Pada 29 Januari 1942 pasukan Jepang mendarat di Kota Pontianak. Waktu itu, tulis Tsuneo Iseki dalam bukunya, kontrol administrasi Borneo (Kalimantan) di bawah Angkatan Darat (Rikugun) Jepang. Kemudian dialihkan ke tangan Angkatan Laut (Kaigun). Pontianak berada di bawah pemerintahan militer Pasukan ke-22 Kaigun, bermarkas besar di Balikpapan. Adalah Letnan satu Yoshiaki Uesugi yang menjadi komandan pasukan di Pontianak.

Uesugi, 25 tahun, sangat patriotik dan punya disiplin tinggi. Maka setibanya di Pontianak, ia melakukan reformasi. Dibentuklah pasukan khusus istimewa, Tokkei Kaigun dipimpin Letnan Dua Yamamoto. Anggotanya 10 orang, ditambah empat (dua pribumi dan dua Tionghoa) informan yang diambil dari warga sipil setempat. Selain membentuk Tokkei, Uesugi mengeluarkan aturan baru: warga Jepang di Pontianak dilarang beristri dua. Jika mereka sudah telanjur punya gundik, misalnya, harap menyerahkannya kepada pasukan Jepang agar dijadikan wanita penghibur (jugun ianfu).

Pada awal pendudukan Jepang, tulis Iseki, keadaan di Kota Pontianak dan masyarakatnya sangat damai. Tidak ada gerakan anti-Jepang. Tapi pada Juli 1943, terbongkar komplotan melawan Jepang di Banjarmasin. Otaknya adalah BJ Haga bekas Gubernur Belanda di Borneo. Tentara Jepang tak memberi ampun. Haga dan 800 orang yang dituduh terlibat gerakan itu dihabisi oleh Administrator Kaigun, Iwao Sasuga. Rupanya, berdasarkan informasi dari para informan Jepang, kelompok Banjarmasin itu telah menjalin hubungan dengan para aktifis di Pontianak. Tentu informasi dari Amir, seorang informan di Tokkei ini, membuat pihak Jepang marah. Menurut amir, Manajer Asahikan sebuah bioskop di Pontianak Ahmad Maidin, malah telah menyebarkan berita fitnah yang meresahkan. Misalnya, kota Surabaya dibom dan pasukan Jepang kalah perang terus. Kabar itu tersebar pada Juli-Agustus 1943.

Atas informasi tersebut, beberapa hari kemudian Maidin ditangkap polisi khusus Kaigun. Setelah itu, Iseki yang bekerja pada Sumitomo Shokusan, didatangi Tokkei. Ia diminta mengikuti operasi militer menangkap orang-orang anti jepang. Terjaringlah sekitar 60 orang yang dituduh sebagai orang anti Dai Nippon.

Beberapa hari kemudian Iseki diminta menjadi penerjemah dalam pemeriksaan. Di situlah ia bertemu Maidin. Maidin menduga dirinya dituduh punya kontak dengan komplotan Banjarmasin, padahal mendengar komplotan itu saja Maidin baru ketika itu. Tapi polisi khusus memaksanya harus mengaku. Lim seorang Tionghoa yang dikenal Iseki, juga diperlakukan sama. Untuk itu, Iseki berjanji memperjuangkan Lim semaksimal mungkin. Ternyata itulah pertemuan terakhir kalinya dengan Lim dan Maidin.

Pada akhir Januari 1944 terjadi lagi penangkapan tahap II. Sekitar 120 orang yang ditangkap, antara lain tokoh-tokoh Singkawang. Sedangkan penangkapan tahap III terjadi pada Februari 1944, menimpa para ambtnaar dan kaum intelektual pada zamannya. Pada 28 Juni 1944 itulah saat yang menyeramkan warga Pontianak. Waktu itu, demikian Iseki dalam bukunya, dilakukan pengadilan kilat terhadap 48 tokoh. Hari itu pula, para perintis kemerdekaan itu divonis hukuman mati dan langsung ditembak saat itu. Tawanan yang lain, yang berjumlah sedikitnya 1.000 orang papar Iseki, dipancung dengan samurai tanpa diadili.

Siapakah Takahashi? Ia bukan lain, mantan opsir Syuutizityo Minseibu yang pernah tinggal di Jalan Zainuddin Pontianak. Selain Takahashi, dalam rombongan itu terdapat beberapa orang lagi bekas Kaigun Minseibu yang pada hari tuanya telah menjadi pengusaha. Takahashi sendiri, pada tahun 1977 itu adalah Presiden Direktur perusahaan Marutaka House Kogyo Co Ltd.

Data akurat tentang jumlah korban ini memang belum ada, namun untuk sementara data inilah yang dijadikan pegangan Pemprop Kalbar. Sedangkan satu-satunya dokumen tertulis yang ada di Kantor Arsip Pemprop Kalbar hanya selembar suratkabar Borneo Sinbun tersebut. Itu pun hanya halaman 1 dan 2 saja. Namun dari beberapa sumber yang pernah membaca berita tersebut selengkapnya, di halaman 3 suratkabar itu disebutkan bahwa jumlah korban seluruhnya sekitar 20.000 orang!

Akhirnya Jepang jatuh dihajar Sekutu. Bergantian pula pihak Sekutu (dan Belanda) yang mengadili tentara Jepang. Kekalahan ini juga membuat Iseki yang pernah bergabung pada Rikugun Jepang di Kuching malaysia ditahan di sebuah kamp milik Australia. Pada 30 Januari 1946, tulisnya, ia dikirim ke Pontianak dengan naik pesawat amfibi Belanda. Dirinya dituduh sebagai kriminal Jepang. Ketika pesawat itu mampir di Kuching, ada sekitar 30-an bekas prajurit Kaigun yang senasib dengan Iseki untuk dikirim ke Pontianak. Di antara tawanan itu, ia bertemu dengan Seichi Hirayama. Lalu Iseki bertanya apakah Hirayama juga membantai penduduk Pontianak. Ia menjawab ia ikut melakukannya. Soalnya, kata Hirayama kutip Iseki itu perintah militer Jepang. Mendengar itu Iseki menyarankan agar Hirayama mencabut ucapannya itu. Tapi ia tak mau. Alasannya pembunuhan itu atas perintah atasan.

Tanpa terasa pesawat pun mendarat di Pontianak. Para tawanan perang disambut massa rakyat Pontianak dengan teriakan kebencian. Di hadapan pemeriksa pihak Belanda, Iseki mengatakan bahwa ia tidak pernah membunuh penduduk asli. Tak pernah pula menyiksa warga Pontianak. Ketika itu ia disuruh memeriksa mereka oleh atasan sebagai penerjemah. Menurutnya, peristiwa Pontianak itu tidak lain adalah sebuah kesalahan, memanfaatkan kekuasaan atas dasar kekuatan militer. (*)

Minggu, 20 November 2011

Mendulang Harta

Hari panas terik. Sang surya bersinar dengan ganasnya. Membuat ubun-ubun terasa mendidih. Aris mempercepat langkah menuju rumahnya. Akhirnya sampai juga. Dia duduk melepas lelah sambil membuka sepatunya.
‘’Huh, lega rasanya,’’ ia menghela napas dan beranjak masuk ke dalam. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, ia menemukan uang berserakan di lantai.

‘’Hah, uang apa pula ini Mak,’’ katanya heran. Tentu saja dia heran. Di zaman serba sulit ini uang dibiarkan berserakan di lantai begitu saja. ‘’Untung aku bukan maling yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah,’’ pikirnya nakal.

“Uang punya Mak. Berikan sama Mak. Bapak mau keluar,’’ sahut bapak.
‘’Hmm, Mak sudah punya uang sekarang. Jadi, aku bisa minta uang untuk membayar uang les dan LKS,’’ pikirnya.
‘’Maaak, Oo Maaak,’’ panggil Aris.



‘’Ada apa Ris. Ganggu orang saja kamu ini,’’ kata maknya jengkel.
Lalu Aris menyerahkan uang tersebut pada maknya. Ia menjelaskan bahwa uang les dan LKS-nya belum dibayar. Sedang pihak sekolah sudah beberapa kali menagihnya. Tapi bukannya diberi uang, dia malah dimarahi oleh maknya.
‘’Saya heran dengan sekolah kamu itu. Banyak sekali tetek bengek yang harus dibayar. Kan ada dana BOS. Untuk apa dana BOS itu? Sudahlah, tidak usah kamu sekolah. Buang-buang uang saja. Sekarang karet itu tidak berharga, tahu?’’ Katanya dengan muka merah menyala.

Aris sudah menjelaskan bahwa dana BOS itu tidak mencukupi, karena sekolahnya hanya sekolah swasta dan banyak memakai tenaga honor. Tapi maknya tidak mau tahu dengan semua itu. Dia malah menyuruh Aris cari uang sendiri. Kemanakah uang kan dicarinya? Ah, Emak tak mengertilah dengan pendidikan. Padahal pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan kita akan bisa menatap masa depan yang gemilang.
‘’Buat apa kamu sekolah? Lihat itu hah, banyak yang sekolah tinggi, tapi akhirnya cuma jadi pengangguran, kan? Jadi buat apa sekolah?’’ tambah maknya lagi.

Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris sudah lelah mendengarkan omelan emaknya itu. Dia keluar dan pergi entah ke mana.

Sedangkan si Lina, adiknya baru saja pulang dari sekolah SMP yang tidak jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah, mak menyuruhnya mandi dan berpakaian yang bagus. Tidak biasanya mak seperti ini. Ternyata si Lina akan dilamar oleh Pak Anto duda kaya yang tinggal di desa sebelah. Tentu saja Lina menolak dengan keras semua itu. Namun, mak tetap bersikeras dengan kemauannya. Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa anaknya itu di bawah umur untuk menikah. Apalagi akan dinikahkan dengan seorang duda. Ah, benar-benar tidak masuk akal.

Emak sudah terpengaruh oleh harta. Mak bilang, ia iri pada teman-teman arisannya yang kaya dan hidup mewah. Sedangkan mak tidak punya apa-apa. Mak ingin menabung untuk menggapai semua itu. Kalian tidak usah sekolah. Hanya menambah beban saja.

Hari-hari berikutnya, Aris tak lagi bersekolah. Ia berhenti dan bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah. Sebenarnya hati kecilnya selalu sedih tiap kali melihat teman-temannya bersekolah. Tapi apa mau dikata, mak sudah tidak mau lagi menyekolahkannya.

Setiap kali ia ikut teman-temannya dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh teman-teman baru itu. Sedangkan mak sudah tidak peduli lagi dengannya. Ia sibuk mengumpulkan harta, apalagi sekarang ia telah punya menantu kaya.
Waktu terus berjalan. Aris semakin terjerumus dalam kehidupan yang tidak memiliki masa depan. Ia telah berubah. Hingga suatu hari dengan tergopoh-gopoh, Enda temannya Aris datang dan memberitahukan pada Emak kalau Aris ditangkap polisi tadi malam. Tapi sekarang ia dirawat di rumah sakit. Overdosis katanya. Habis pesta sabu-sabu.
Bagai guntur di siang bolong, Emak dan bapak kaget bukan kepalang. Tapi apa mau dikata. Itu salah mereka, mereka yang menginginkan anaknya seperti itu. Mak menangis-nangis menyesali perbuatan dan siapnya yang tak mau menyekolahkan anaknya itu.

‘’Sudahlah Nur, mudah-mudahan Aris lekas sembuh dan kita bisa kumpul lagi seperti dulu. Akan kita bina keluarga kita. Biarlah kita hidup sederhana, asalkan hati dan keluarga kita bahagia,’’ kata Bapak dengan mata berkaca-kaca, ia berusaha menenangkan hati mak.

‘’Bapak benar, kini mari kita bina dan songsong keluarga sakinah,’’ kata mak mantap.